Seorang staf Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Rusyad Adi Suriyanto, diminta bantuan sebagai tenaga ahli di bidang paleoantropologi dan paleozoologi oleh Departemen Antropologi Universitas Airlangga untuk ekskavasi dan memberikan pelatihan keterampilan lapangan paleoantropologis bagi para mahasiswanya. Ekskavasi itu merupakan aktivitas kelanjutan ekskavasi tahun-tahun sebelumnya. Aktivitas itu juga mengemban tugas untuk pengembangan bidang paleoantropologinya secara terpadu, dari pemahaman teoretis ke praktek lapangan. Ekskavasi itu dikerjakan di sebuah gua di wilayah Kademangan, Blitar, Jawa Timur. Berdasarkan temuan-temuan sebelumnya, gua itu diduga sebagai hunian manusia awal Holosen di bentang selatan Jawa. Kerja lapangan ini berlangsung pada 13 – 20 November 2016. Ekskavasi yang dikerjakan multi dan interdisipliner itu melibatkan tenaga ahli paleoantropologi, paleozoologi, paleontologi, geoarkeologi dan bioarkeologi.
2016
Tahun ajaran 2016 dengan dana dari DAMAS Fakultas Kedokteran UGM, kegiatan penelitian bioantropologi di Lab. Bio- & Paleoantropologi mengambil judul “Kajian perawakan dan status hidrasi terhadap kesegaran jasmani siswa sekolah usia 15-19 tahun di DI Yogyakarta.”
Penelitian dengan principal investigator (PI) Neni Trilusiana Rahmawati, PhD. ini dilaksanakan selama bulan Agustus 2016 dengan mengambil lokasi beberapa sekolah menengah di Kabupaten Bantul. Penelitian ini melibatkan lima orang mahasiswa S1 Prodi Pendidikan dokter dan seorang mahasiswa S2 program Ilmu Kedokteran Dasar. Berikut foto-foto kegiatan Penelitian Bioantropologi di SMA N 2 Jetis, Bantul, Yogyakarta
Staf Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran UGM, Rusyad Adi Suriyanto, menjadi tenaga ahli untuk paleoantropologi dan bioarkeologi sebagai anggota penelitian “Pola Permukiman Prasejarah Pantai Utara Jawa“. Penelitian ini merupakan projek dan dikerjakan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta. Penelitian ini meliputi survei, ekskavasi dan pemetaan yang berlokasi di situs Plawangan, Plawangan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Penelitian ini adalah penelitian lanjutan sejak temuan sisa-sisa manusia tembikar dari masa Neolitik yang dikerjakan oleh Puslit Arkenas dan Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi sekitar tahun 1980-an. Penelitian yang kemudian baru dikerjakan lagi sekitar tahun 2012 yang lalu.
Pada tanggal 29-30 Juli 2016 telah diselenggarakan Pertemuan Ilmiah Nasional Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia (PIN PAAI) yang bertempat di Surabaya dengan penyelenggara Komisariat PAAI Surabaya, terdiri atas Universitas Airlangga, Universitas Hang Tuah, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Universitas Katolik Widya Mandala. Bertempat di Gedung Airlangga Medical Education Center (AMEC), Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, PIN PAAI kali ini mengambil tema “Towards better learning on anatomy in health profession education.”
National Research Center For Archaeology
Tanggal 18-23 Juli 2016 berlangsung symposium internasional tentang “diaspora Austronesia” yang diselenggarakan oleh National Research Centre for Archaeology (ARKENAS) bekerjasama dengan Directorate of Cultural Heritage and Museums Ministry of Education and Culture. Simposium ini merupakan wahana para ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian Austronesia, seperti: arkeologi, antropologi, geologi, geokronologi, paleontologi, paleoantropologi, paleovegetasi, paleoklimatologi, dan genetik, dari seluruh penjuru dunia.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan survei lapangan dan mengumpulkan data berkaitan dengan keberadaan populasi pygmoid di masa lalu di kawasan Flores, khususnya di Manggarai Raya (Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur). Penelitiannya berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan di Flores yang menghasilkan temuan Homo floresiensis. Metode yang digunakan adalah mengumpulkan data foklore, yakni cerita-cerita masyarakat lokal, yang diceritakan dari generasi ke generasi, tentang sosok orang kerdil (pygmoid) dalam etnohistorisnya. Deep interview dalam pendekatan etnografis sebagai perangkat penelitian itu berhasil mngumpulkan beragam cerita keberadaan mereka dalam beragam versi oleh beragam informan. Dari cerita yang terkumpul itu ada benang merah yang jelas, yakni sosok Ngiung, yang digambarkan sebagai makhluk atau sosok berbadan kecil dan pendek, berbulu lebat, hidup berkelompok dan bersembunyi di hutan, cenderung menghindar dari manusia dan seringkali berkonflik dengan penduduk desa karena kebiasaannya yang mencuri bahan pangannya.
Recent Comments