Pagi yang cerah pada Jumat, 9 Desember 2022, saat serombongan mahasiswa mendatangi Gedung T. Jacob di kompleks Kampus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. Sekitar pukul 8.00 WIB mereka sudah berkumpul di depan halaman gedung sembari menunggu teman-teman yang lain hadir lengkap. Mereka adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Tujuan para mahasiswa dari UAD adalah mengunjungi Museum Bioantropologi dan Paleoantropologi yang terletak di Gedung T. Jacob. Hari-hari sebelumnya tidaklah secerah ini, hujan tanpa henti mengguyur Yogyakarta. Sebuah berkah bagi para mahasiswa dari UAD karena cuaca hari itu cukup mendukung kegiatan mereka.
Satu demi satu para mahasiswa memasuki ruang pamer museum. Tepat pukul 08.30 WIB para pemandu dari Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi FKKMK UGM memulai sesi pemanduan museum. Para pemandu terdiri dari Ashwin Prayudi, Fidelis Aritona, dan Dismas Rienthar. Ketiganya merupakan asisten peneliti pada LBP FKKMK UGM.
Para mahasiswa tampak antusias dengan berbagai display koleksi yang dipamerkan di ruang museum. Mereka bertanya berbagai hal tentang ilmu hayat maupun kehidupan manusia awal pada para pemandu. Beberapa mahasiswa memperhatikan dengan seksama ketika Ashwin menjelaskan tentang teknologi batu merujuk pada display artefak batu yang ditemukan di berbagai daerah di Jawa seperti Pacitan dan Purbalingga.
Sebagian mahasiswa lain mendengar penjelasan riwayat perkembangan kehidupan di bumi yang disampaikan oleh Fidelis. Perkembangan riwayat kehidupan di bumi dimulai saat bumi masih terselimuti seluruhnya oleh air, hingga kehidupan dunia saat ini yang masuk dalam Kala Holosen.
Display rekonstruksi otak Australopithecus africanus cukup membuat penasaran. Ukurannya yang mungil ternyata selaras dengan bentuk tempurung kepala fosil spesies ini. Para mahasiswa ingin mengetahui bagaimana bentuk gigi-geligi dari spesies hominid awal ini. Keingintahuan mereka terjawab dengan display gigi Australopithecus africanus yang tersaji di museum. Tidak hanya itu saja, gigi-geligi Australopithecus africanus tersanding dengan berbagai display gigi-geligi dari spesies hominid lain.
Kurang lebih hampir satu jam para mahasiswa melihat-lihat isi museum, hingga kemudian sesi kelas evolusi dimulai. Kali ini narasumber dalam sesi kelas adalah Rusyad Adi Suriyanto. Ia adalah salah satu peneliti paleoantropologi di LBP FKKMK UGM. Keseharian ia merupakan pengajar di Departemen Forensi FKKMK UGM.
Hendro Kusumo, salah seorang pengajar di Pendidikan Biologi UAD yang menjadi pendamping kegiatan ini, mengaku gembira karena kegiatan kunjungan ke Museum Bioantropologi dan Paleoantropologi dapat kembali berlangsung setelah kurang lebih dua tahun terkendala pandemi covid-19. Hendro sempat mengusulkan seandainya suatu saat Museum Bioantropologi dan Paleoantropologi mengadakan pameran temporer di UAD untuk menjaring minat mahasiswa agar lebih tertarik lagi terhadap paleontologi dan paleoantropologi.
Sedianya sesi kelas direncanakan berlangsung dari pukul 9.30 hingga 10.30, namun karena ada beberapa pertanyaan, sesi kelas berakhir pada pukul 11.00. Kegiatan akhirnya selesai setelah sesi kelas berakhir. Sebelum kembali ke tempat masing-masing, para mahasiswa menyempatkan diri berfoto bersama di depan Gedung T.Jacob.
Recent Comments