Senin, 8 Mei 2023, Rombongan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat mengunjungi Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi (LBP) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. Berjumlah sepuluh orang, Rombongan dipimpin langsung oleh Supardi, S.H, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat. Dalam rombongan ini terdapat anggota DPRD Sumbar Komisi 5, Tenaga Ahli DPRD Provinsi Sumbar, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumbar, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar, Tim Riset dan Kajian Cagar Budaya Mahiat, dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional. Tujuan rombongan berkunjung ke LBP adalah untuk melihat dan menggali informasi tentang rangka manusia dari Situs Bawahparit, Mahat, Sumatera Barat. Rangka manusia tersebut disimpan dengan baik di LBP FKKMK UGM. Rombongan ini diantar oleh Musadad dan Djaliati Sri Nugrahani, keduanya merupakan pengajar dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Dalam acara penyambutan di Ruang Diskusi Gedung T. Jacob lantai 2, Neni Trilusiana Rahmawati sebagai Kepala Laboratorium memperkenalkan keberadaan LBP FKKMK UGM. Bu Neni, demikian nama panggilan beliau, menjelaskan fungsi LBP sebagai laboratorium penelitian dan pendidikan lintas ilmu. Selain itu, diperkenalkan pula para anggota staf peneliti LBP, yaitu Bu Neni sendiri, Rusyad Adi Suriyanto, dan Janatin Hastuti yang pada acara tersebut tidak dapat hadir karena mempunyai tugas mengajar yang tidak dapat ditinggalkan.
Pada kesempatan berikutnya Rusyad memaparkan ringkasan hasil-hasil penelitian terhadap rangka manusia Mahat yang telah dilakukan. Informasi yang diungkapkan antara lain jumlah individu, identifikasi bagian rangka, jenis kelamin untuk beberapa individu, bekas-bekas modifikasi gigi (pangur), dan identifikasi ras.
Lutfi Yondri, peneliti BRIN yang ikut dalam rombongan, memberikan penjelasan tambahan berupa perkiraan tinggi tubuh kerangka. Lutfi menjelaskan bahwa tinggi tubuh rangka Manusia Mahat tidak berbeda dengan manusia sekarang.
Sesi tanya jawab kemudian berlangsung antara LBP dan Rombongan DPRD Sumbar. Sri Setiawati, anggota Tim Riset Kajian Cagar Budaya Mahat yang ikut dalam rombongan melontarkan pertanyaan apa saja bekal kubur yang ada ditemukan dalam ekskavasi Situs Bawahparit, dan bagaimana cara kematian para individu-individu rangka manusia Situs Bawahparit.
Rusyad memberikan jawaban bahwa cara kematian para individu-individu tersebut besar kemungkinan karena sakit atau usia. Sedangkan untuk artefak-artefak yang ditemukan termasuk bekal kubur, tidak disimpan di LBP FKKMK UGM. Artefak-artefak tersebut disimpan di Puslitarkenas (sekarang bagian dari BRIN) di Jakarta.
Diskusi menjadi menarik ketika Supardi menyampaikan pertanyaan pada perieode waktu apa individu rangka Manusia Mahat hidup. Pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang ingin diketahui oleh banyak orang di Sumatera Barat.
Rusyad tidak memberikan jawaban absolut karena belum pernah dilakukan penelusuran usia kepurbaan (dating) terhadap koleksi. Walau demikian, menurut Lutfi, usia kepurbaan Manusia Mahat diperkiraakan pada masa setelah Islam masuk ke Sumatera. Pendapat ini berdasar bentuk penguburan menggunakan liang lahat yang terpengaruh oleh tradisi orang muslim.
Supardi kembali melanjutkan apakah bisa dilakukan penelusuran usia kepurbaan dengan menggunakan metode terbaru. Menanggapi pertanyaan ini, Rusyad menjelaskan secara ringkas metode penelusuran usia kepurbaan dengan radioaktiv (carbon dating) menggunakan sampel dari rangka atau tulang. Hanya saja, metode ini harus dilakukan dengan hati-hati dan mengutamakan prosedur konservasi agar koleksi rangka Manusia Mahat tidak rusak.
Jejak Budaya Austronesia di Situs Bawah Parit
Dikutip dari Skripsi karya Dini Azhari yang berjudul “Jejak Penyakit dan Perilaku Manusia Pada Gigi Individu di Situs Bawah Parit”, Situs Bawahparit berada di Kawasan Megalitik Nagari Mahat, Kabupaten Limapuluh Koto, Sumatera Barat. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan di situs tersebut antara lain pada 1985 dan 1986 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Penelitian tersebut menemukan 7 rangka individu manusia yang mempunyai ciri-ciri ras mongoloid, dan saat ini disimpan dengan baik di LBP FKKMK UGM.
Lebih lanjut, Dini melakukan identifikasi jejak penyakit pada 7 rangka manusia tersebut pada 2021 dan dipublikasikan sebagai skripsi sarjana pada 2022. Ringkasan hasil penelitian Dini inilah yang disampaikan pada saat tatap muka kunjungan DPRD Provinsi Sumbar ke LBP FKKMK UGM pada 8 Mei 2023 kemarin.
Jejak Budaya Austronesia tampak pada kondisi temuan gigi-geligi Manusia Mahat. Terdapat bentuk-bentuk modifikasi gigi (pangur). Pangur merupakan tradisi yang banyak ditemukan pada berbagai tempat di Nusantara, terutama yang terpengaruh oleh Kebudayaan Austronesia. Tradisi pangur berhubungan erat dengan upacara inisiasi kedewasaan, maupun bentuk berkabung terhadap anggota keluarga yang telah meninggal.
Tidak hanya pada kerangka manusia yang ditemukan, penelitian di Situs Bawahparit juga dilakukan terhadap temuan artefak maupun struktur. Lutfi Yondri yang turut dalam kegiatan kunjungan DPRD Provinsi Sumbar, meneliti menhir Situs Bawahparit pada 1989. Demikian pula Romi Hidayat dan Indra Gunawan melakukan penelitian pada objek yang sama.
Setelah acara tanya jawab, Rombongan DPRD Provinsi Sumatera Barat beranjak menuju ke storage tempat koleksi biorepositori LBP FKKMK UGM disimpan. Didampingi oleh Rusyad dan Aswhin Prayudi (asisten penelitian LBP FKKMK UGM), rombongan melihat kerangka Manusia Mahat. Rombongan mendapat penjelasan dari Rusyad bagaimana kondisi rangka Manusia Mahat yang tidak utuh (fragmentaris). Kerangka ini perlu diperlakukan dengan hati-hati agar bisa terus dimanfaatkan bagi pendidikan dan penelitian.
Dokumentasi kegiatan:
Recent Comments