Identifikasi adalah menentukan identitas individu – baik yang sudah mati maupun masih hidup – berdasarkan karakteristik-karakteristik profil biologis pada individu tersebut. Di sini identifikasi forensik merupakan upaya yang dikerjakan oleh para ahli forensik yang bertujuan membantu para penyidik dalam menentukan identitas individu untuk proses hukum. Beragam disiplin ilmu forensik dapat menyumbangkan teori dan metodenya untuk penyelidikan secara holistik identifikasi forensik. Semakin multidisiplin dan interdisiplin yang terlibat dalam upaya identifikasi forensik terhadap jenazah yang tidak dikenal – apalagi yang sudah dalam kondisi dekomposisi lanjut (membusuk), bahkan skelonisasi (hanya berupa jaringan keras: rangka, tulang-tulang dan gigi-geligi) – maka semakin tinggi potensi untuk mengenali identitas jenazah tersebut.
Odontologi forensik merujuk kepada penerapan kedokteran gigi dalam sistem hukum. Dengan kalimat lain, odontologi forensik mengacu pada ilmu dan praktik kedokteran gigi yang dapat diterapkan untuk membantu menyelesaikan litigasi dalam kasus pidana dan perdata. Odontologi forensik juga merupakan spesialis kedokteran gigi yang membantu sistem hukum dalam penanganan, analisis dan interpretasi berdasarkan bukti gigi-geligi. Spesialisasi ini juga membantu untuk mengidentifikasi korban atau pelaku yang tidak dikenal. Lebih luas lagi, mengacu pada penanganan dan pemeriksaan bukti gigi-geligi yang tepat, yang kemudian disajikan dalam proses hukum. Odontologi forensik juga sering digunakan untuk mengidentifikasi korban bencana massal, baik bencana alam maupun bencana karena tindakan manusia.
Aspek antropologi (biologis) dapat menjadi saling iris dengan odontologi forensik. Aspek itu meliputi identifikasi profil biologis umur, jenis kelamin, afiliasi rasial, patologis dan perilaku atau kultural yang terekam pada gigi-geligi individu. Pada organ gigi dan mulut individu juga dapat diambil sampel darah dari pulpa dan air liurnya untuk identifikasi golongan darah, DNA, gigi-geligi tiruan beserta analisis materialnya dan rekonstruksi wajahnya.
Mulut dan gigi-geligi merupakan organ biologis dan sosio-kultural. Di sini terekam beragam aspek biologis dan sosio-kultural si empunya. Rekaman aspek biologisnya dapat meliputi umur, jenis kelamin, afiliasi rasial, golongan darah dan genealogis DNA-nya. Rekaman aspek sosio-kultuaralnya dapat meliputi modifikasi gigi-geligi dan kebiasaan menggunakan gigi-geligi terkait pekerjaan rutinnya. Rekaman biokulturalnya dapat meliputi patologis, gigi-geligi tiruan dan pola gigitannya.
Oleh : Rusyad Adi Suriyanto, M.Hum.
Recent Comments