Dra. Neni Trilusiana Rahmawati, SSi, PhD dan Janatin Hastuti, SSi, MKes, PhD merupakan dua orang staf Lab. Bioantropologi & Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, yang turut berperan dalam konferensi internasional tentang antropologi ragawi (physical anthropology) yang diselenggarakan pada tanggal 22-25 Agustus 2018 oleh the European Anthropological Association (EAA). Konferensi tersebut bertempat di University of Southern Denmark (SDU), Campusvej 55, DK-5230 Odense M dengan host the University Institute of Forensic Medicine in Odense bekerja sama dengan the Institutes of Forensic Medicine at the Universities of Copenhagen and Aarhus.
Konfernsi ini membahas beberapa topik menarik dalam antropologi ragawi, seperti: sejarah penyakit pada populasi, paleopatologi, paleoantropologi, bio-arkeologi, ancient DNA dan antropologi forensic, pertumbuhan dan perkembangan, penyakit dalam pertumbuhan, genetika dan morfologi, nutrisi dan komposisi badan, dll. Pada presentasi poster, Neni Trilusiana Rahmawati mengangkat tema tentang somatotype dan pertumbuhan pada anak dan remaja di Yogyakarta, sementara Janatin Hastuti memaparkan tentang pola perubahan pertumbuhan tebal lipatan kulit pada anak umur 6-18 tahun di Yogyakarta
Rusyad Adi Suriyanto, S.Sos, M.Hum, adalah satu staff Lab. Bioantropologi & Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, menjadi pemateri dalam Worshop Konservasi Fosil yang diselenggarakan pada tanggal 16-21 Juli 2018 oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran di bawah Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Hotel Sunan Surakarta. Workshop ini dihadiri oleh perwakilan museum-museum dari seluruh wilayah Indonesia.
Rusyad Adi Suriyanto mengangkat tema tentang osteology, identifikasi, dan manusia purba, terkait dengan temuan-temuan manusia purba di Indonesia. Dalam ceramahnya Rusyad menekankan bahwa pemahaman tentang osteology merupakan langkah awal untuk menuju kompetensi dalam identifikasi, yang selanjutnya juga diterapkan pada tulang peninggalan manusia purba
Rusyad Adi Suriyanto, MHum, seorang dosen staff Laboratorium Bioantropologi & Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, menjadi narasumber pada Kuliah Lapangan tentang Evolusi untuk mahasiswa Departemen Biologi Universitas Negeri Yogyakarta di Kompleks Museum dan Situs Manusia Purba Sangiran pada tanggal 28 Maret 2018.
Kuliah lapangan dibagi dalam beberapa segmen, yakni ceramah, kunjungan museum, dan pengamatan lapangan di situs Sangiran. Berikut dokumentasi kegiatan mahasiswa pada acara tersebut:
Salah seorang staff Lab. Bioantropologi & Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Rusyad Adi Suriyanto, MHum, menjadi narasumber dan ekskursi Evolusi Lapangan untuk para mahasiswa Semester IV Departemen Antropologi Universitas Airlangga di Kompleks Museum dan Situs Manusia Purba Sangiran pada 10 April 2018.
Acara ekskursi dibagi dalam dua bagian, yakni ceramah dan kunjungan museum, serta pengamatan lapangan di situs Sangiran. Dalam ceramah berjudul “Manusia Purba di Jawa,” Rusyad Adi Suriyanto menerangkan tentang sejarah dan situs-situs manusia purba di Pulau Jawa.
Adalah Sekar Rizqy Amalia Ramadhani (Sekar), seorang mahasiswi Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana (UNUD) Bali, sedang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Lab. Bioantropologi & Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. Selama pertengahan bulan Maret hingga April 2018, mahasiswa angkatan 2014 FIB UNUD tersebut akan magang di LBP. Kegiatan diperkenalkan kepada mahasiswa tersebut berkaitan dengan biorepository fosil yang sedang dilaksanakan di LBP, terutama peninggalan manusia sub-resen. Untuk menambah pengetahuan dan skills mahasiswa terkait bidang ilmu arkeologi yang ditekuni, mahasiswa-mahasiswa tersebut diberikan tugas untuk membantu kegiatan biorepository fosil sub-resen berupa koleksi rangka manusia Gilimanuk.
Salah satu staff Lab. Bio- & Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Rusyad Adi Suriyanto, menjadi pemateri “Manusia Purba” dalam “Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi Pelestarian Cagar Budaya untuk MGMP IPS Surakarta” di Hotel Dana Solo pada Kamis 8 Maret 2018. Program ini diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Rusyad Adi Suriyanto dalam ceramahnya menyatakan bahwa pertanyaan paling kuno yang terus dicari jawabnya adalah “Dari mana asal kehidupan” dan “Bagaimana bentuk pertama kehidupan”. Upaya itu telah dilakukan oleh pemikir-pemikir sejak dulu, dari mulai munculnya mitos-mitos tentang asal-usul kehidupan dan manusia, sampai pemikir-pemikir Yunani, Timur Tengah dan Eropa Barat. Dasar pemikiran itulah yang kemudian dibawa oleh Eugene Dubois untuk obsesinya: “Mengapa kita perlu mempelajari manusia purba?” Obsesi ini membawa Eugene Dubois untuk mencari leluhur manusia ke Nusantara pada tahun 1886 dengan berlabuh di Teluk Bayur, Sumatera Barat. Setahun berikutnya beliau mendapat kejutan dari Wajak, Tulungagung, atas temuan Homo wajakensis (sekarang hanyak disebut sebagai Homo sapiens wajak yang berumur 6 – 10 ribu tahun yang lalu). Berikutnya beliau mendapatkan atap tengkorak di Kedungbrubus, Madiun. Pada tahun 1890 kejutan datang atas ekskavasinya di Trinil yang menggeparkan dunia karena temuan atap tengkorak dan femur yang dinyatakan sebagai spesies baru Pithecanthropus erectus (sekarang hanya disebut sebagai Homo erectus). Penelitian berikutnya dilanjutkan oleh GHR von Koenigswal di Ngandong, Blora dan Sangiran, Karanganyar dan Sragen, yang menghasilkan jumlah besar Hominid, yakni Homo erestus robustus, Homo erectus erectus, Homo erectus soloensis dan Meganthropus paleojavanicus. Kiprahnya makin membawa nama Indonesia sebagai tempat penting untuk mempelajari manusia purba beserta lingkungan dan budaya di dunia. Kecemerlangan penelitian itu dilanjutkan para ilmuwan Indonesia sendiri, yakni ahli paleoantropologi Prof. T. Jacob, ahli geologi-paleontologi Prof. S. Sartono dan ahli arkeologi prasejarah Prof. R.P. Soejono. Berikut foto-fotonya
Recent Comments