• Pusat IT
  • Tentang UGM
  • FKKMK UGM
Universitas Gadjah Mada Laboratorium Bio- & Paleoantropologi
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Kontak
  • Koleksi Fosil
    • Manusia Purba
    • Avertebrata
    • Vertebrata
    • Tumbuhan
    • Tulang Sub-Recent
    • Artefak
  • Museum
    • Koleksi & Galeri
    • Kunjungan
  • Kegiatan
    • Perkuliahan
    • Penelitian Bioantropologi
    • Penelitian Paleoantropologi
    • Penelitian Mahasiswa
    • Pengabdian Masyarakat
    • Seminar
    • Artikel
  • Layanan
    • Kerjasama Penelitian
    • Akses Repositori Fosil
    • Akses Penelitian Fosil
    • Akses Perpustakaan
    • Peminjaman Alat Penelitian
    • Kursus/Pelatihan
  • Beranda
  • Kegiatan
  • page. 3
Arsip:

Kegiatan

Prof. T. Jacob dan Asal-Usul Homo Erectus

Penelitian Paleoantropologi Wednesday, 19 October 2022

Mengenang Prof. Dr. T. Jacob, M.S., M.D., D.Sc. Sang Pionir dan Begawan Paleoantropologi Indonesia

(6 Desember 1929 – 17 Oktober 2007)

Rusyad Adi Suriyanto

(Bagian ertama)

Jacob pernah menyebut paleoantropologi adalah ilmu manusia purba. Dalam arti luas, ilmu ini meliputi tidak hanya manusia, tetapi juga karya dan lingkungannya; dan dalam arti sempit, ilmu ini mempelajari evolusi dan variasi biologis manusia purba (early men), serta biasanya ilmu ini juga dapat meliputi kajian tentang manusia kuno (ancient men), sejak akhir Pleistosen hingga beberapa ratus tahun yang lalu. Pendek kalimat, konsentrasi kajian paleoantropologi ini meliputi babakan akhir liputan paleoprimatologi hingga liputan awal antropologi historis. Pastilah sisa-sisanya yang ditemukan itu berupa sampel kebetulan, yang kemudian direkonstruksi untuk mengetahui biologinya, dan jika memungkinkan kondisinya, aspek biokultural dan ekologisnya. Umumnya, makin purba temuan-temuannya, maka makin sedikit jumlahnya dan makin fragmentaris keadaannya. Jadi, tujuan paleoantropologi adalah mengetahui kehidupan biokultural manusia sejak kemunculannya di bumi, evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya selama dan seluas mungkin. Di mana Indonesia telah dihuni oleh manusia purba dan kuno dari masa sekitar 1,9 juta tahun yang lalu; oleh karena itu, Indonesia dapat menjadi miniatur untuk mempelajari evolusi manusia dan evolusi ekosistem manusia. read more

Alis

Penelitian Paleoantropologi Wednesday, 24 August 2022

Secara sederhana dalam perbincangan awam alis itu rambut di atas mata. Karena dianggap sebagai bagian dari regio mata, maka banyak orang yang menegaskan sebagai alis mata. Bagaimana jika mata tanpa alis? Jika kita berkacamata manusia sentris, kita akan lantang menjawab: “Alis itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari!” Tentu di antara kita bisa bereaktif menyolot: “Manusia tanpa alis itu seperti ikan!” Ya memang banyak hewan tidak perlu alis untuk dapat hidup. Ikan bandeng, tawes, mujair, tombro, cakalang, kepiting, kerang dan sejenisnya tidak butuh alis. Mungkin saja di sini ada pembaca yang nyeletuk iseng: ”Ikan tahu, tempe dan bakwan sayur juga tidak perlu alis!” read more

Merekonstruksi Manusia Purba

Penelitian Paleoantropologi Wednesday, 6 April 2022

Paleontologi sering disebut sebagai disiplin dalam geologi yang berkonsentrasi dengan temuan-temuan sisa-sisa organisme dari masa lampau. Temuan itu juga sering dirujukkan sebagai fosil. Bukti paleontologis tidak melulu fosil, namun bisa merujuk kepada jejak dan bekas. Fosil biasanya meliputi sisa-sisa jaringan keras, yakni geligi, belulang, cangkang, plastron dan karapas. Jejak dapat berupa cetakan-cetakan kaki hewan, jalur-jalur melata reptil dst. Bekas dapat berupa feses-feses hewan, rekaman cakaran pada sisa-sisa tulang dst. Fosil pun dapat berupa serangga yang terjebak dalam getah atau ambar. Dari flora, dapat berupa fosil kayu, fosil daun yang terekam dalam batuan, yang oleh proses geologis, mengalami pembusukkan, yang tertinggal hanya cetakannya – pembatuan. Jadi selulosanya telah tergantikan oleh silika. read more

Bayi Prematur Manusia itu Konsekuensi Evolutif

Penelitian Paleoantropologi Tuesday, 22 February 2022

Podiatri berakar dari bahasa Yunani, yakni pous, pod = kaki, dan iatros = dokter. Jadi podiatri itu cabang dari ilmu kedokteran yang berkonsentrasi pada pengetahuan, diagnosis dan terapi tungkai dan kaki. Dalam tulisan sangat singkat ini, yang saya maksudkan sebagai podiatri ini merujuk kepada anatomi dan fisiologi kaki hominid, termasuk dalam hubungannya dengan persendian dan tungkainya. Bahkan kadangkala juga dikaitkan dengan tulang belakang dan sistem rangkanya.

Podiatri ini telah mendapat tempat istimewa dalam kajian evolusi manusia dalam kaitannya dengan temuan-temuan fosil dari sisa-sisa ekstremitas hominid dalam lapisan-lapisan Pleistosen atau sebelumnya yang memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan anatomisnya yang makin samar seturut perjalanan waktu kemari. Podiatri telah berkontribusi dalam paleoantropologi, yakni berperan memberikan perspektif yang lebih luas dalam penelitian sisa-sisa hayat hominid sampai manusia arkeologis yang mengkosentrasikan pada anatomi dan aktivitas tungkai dan kakinya. Sejauh ini temuan-temuannya makin melimpah, termasuk di Indonesia, yang dapat meliputi tulang-tulang tungkai dan kaki, bahkan jejak-jejak kakinya. Pada bulan Agustus 1891, Marie Eugène François Thomas Dubois telah menemukan gigi molar isolatif yang masih diragukan sebagai hominid dalam suatu ekskavasi di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Dua bulan kemudian, satu meter dari tempat temuan tersebut telah ditemukan atap tengkorak, fosil yang akan dikenal sebagai Pithecanthropus. Pada bulan Agustus 1892 ditemukan fosil ketiga yang berupa tulang paha kiri hampir lengkap, berjarak sekitar 10 – 15 meter dari temuan tersebut. Beliau telah menerbitkan sebuah deskripsi dari temuan-temuan fosil itu, dan memberi nama taksonomis Pithecanthropus erectus (“manusia kera yang berjalan tegak”) pada tahun 1894. Publikasi ini menggemparkan jagat ilmu pengetahuan waktu itu karena personifikasinya tidak menggambarkan sebagai kera atau manusia, tetapi sebagai suatu makhluk antara. Seketika itu pula reaksi-reaksi merebak luas di antara para ilmuwan khususnya Eropa, dan Eugène Dubois tetap dengan pendirian awalnya itu. Peristiwa ini telah mendudukkan Indonesia dalam paleoantropologi dunia melonjak hebat. Dalam masa Klasik dan Islam di Nusantara disinyalir beberapa raja atau penguasanya telah menapakkan cap kakinya ke suatu media sebagai tanda untuk suatu tujuan kekuasaan atau titahnya dalam beragam temuan atau situs arkeologis. read more

Riwayat Gigi Manusia

Penelitian Paleoantropologi Friday, 21 January 2022

Ngobrol tentang gigi tentu banyak orang tahu, namun juga banyak yang tidak paham dalam beberapa aspeknya. Saat kita anak-anak sering mendengar himbauan dari ibu kita: “Jangan lupa sikat gigi jelang tidur, ya Nak?” Saat itu ada di antara kita yang antuasias dengan dongeng Peri Gigi. Saat itu ada di antara kita tersipu malu karena diledek punya gigi kelinci. Saat itu ada pula di antara kita yang pernah melempar gigi tanggalnya ke atas genting rumahnya.

Gigi adalah material biologis yang paling kuat dan awet pada badan kita karena terlapis atau terlindungi oleh email. Dengan ungkapan lain email gigi merupakan lapisan sangat keras dan paling luar gigi yang melindungi bagian-bagian lain di lapisan lebih dalamnya. Email adalah pertahanan pertama dan utama gigi terhadap zat-zat yang dapat merusaknya, seperti asam dari makanan dan minuman, kuman dan bakteri. Di sisi lain gigi dan mulut bukan hanya organ anatomis-biologis, namun juga boleh dianggap sebagai organ sosio-kultural. Tak heran jika banyak orang – dari zaman kuno sampai saat ini – memodifikasinya (dan menghiasinya) untuk beragam tujuan. Ada bibir digincu. Ada bibir dan lidah ditindik. Ada gigi dihias berlian atau beragam batu mulia. Ada gigi diwarna kehitaman. Ada gigi diruncingkan seperti gigi hewan reptil, ditajamkan seperti bilah pisau, diukir seperti bentuk bunga, dipatahkan bahkan dicabut. Organ gigi dan mulut menjadi makin semarak dalam praktek kebudayaan. read more

Perjumpaan Antropologi (Biologis) dan Odontologi Forensik

Penelitian Paleoantropologi Wednesday, 19 January 2022

Identifikasi adalah menentukan identitas individu – baik yang sudah mati maupun masih hidup – berdasarkan karakteristik-karakteristik profil biologis pada individu tersebut. Di sini identifikasi forensik merupakan upaya yang dikerjakan oleh para ahli forensik yang bertujuan membantu para penyidik dalam menentukan identitas individu untuk proses hukum.  Beragam disiplin ilmu forensik dapat menyumbangkan teori dan metodenya untuk penyelidikan secara holistik identifikasi forensik. Semakin multidisiplin dan interdisiplin yang terlibat dalam upaya identifikasi forensik terhadap jenazah yang tidak dikenal – apalagi yang sudah dalam kondisi dekomposisi lanjut (membusuk), bahkan skelonisasi (hanya berupa jaringan keras: rangka, tulang-tulang dan gigi-geligi) – maka semakin tinggi potensi untuk mengenali identitas jenazah tersebut. read more

Internship Mahasiswa Program Pascasarjana Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM di Lab. Bio- & Paleoantropologi

Penelitian Mahasiswa Thursday, 25 October 2018

Dua mahasiswa Program Pascasarjana Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, yakni Gendro Keling (Keling) dan Muhamad Nofri Fahrozi (Nofri) tengah melaksanakan internship (praktek kerja) di Lab. Bioantropologi dan Paleoantropologi (LBP), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. Keling dan Novri merupakan mahasiswa angkatan 2017 dengan minat Arkeologi Murni. Internship di LBP dilaksanakan selama bulan September – Oktober 2018 dengan Dosen Pembimbing Lapangan Rusyad Adi suriyanto, MHum. Kepada kedua mahasiswa tersebut diberikan praktik untuk menangani dan mempelajari koleksi fosil di LBP. Untuk menambah pengetahuan dan skills terkait bidang ilmu arkeologi yang ditekuni, Keling yang merupakan staf pegawai di BALAR Denpasar, Bali dan Nofri, staf BALAR Sumatera Selatan diberikan tugas untuk membantu kegiatan biorepository fosil sub-resen berupa koleksi rangka manusia Gilimanuk. read more

12345

Recent Posts

  • Mahasiswa Program Studi S1 Antropologi FISIP Universitas Airlangga melakukan Praktek Kuliah Lapangan di Museum Bio- Paleoantropologi (BP) FKKMK UGM
  • Museum Bio-Paleoantropologi mendapatkan penghargaan dari Museum Nasional Indonesia atas kontribusinya dalam Pameran Internasional “Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus erectus”
  • Kunjungan Profesor Zixu Mao, M.D., Ph.D. dari Emory University School of Medicine, Atlanta, USA ke Museum Bio-Paleoantropologi
  • Kunjungan dari SD Negeri Soprayan, Turi, Sleman dalam rangka Wajib Kunjung Museum (WKM)
  • MAN 1 Yogyakarta Belajar Evolusi dalam Perspektif Antropologi
Universitas Gadjah Mada

LABORATORIUM BIO- & PALEOANTROPOLOGI
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan

Universitas Gadjah Mada
Jl. Medika,  Sekip, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Email          : lab-biopaleo.fk@ugm.ac.id
Telp. / fax  : +62-0274-552577

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju