Jika kita perhatikan secara historis, maka teori-teori evolusi itu seperti dasar pemikirannya, yakni berubah dan bervariasi. Jadi, mereka mengalami evolusi juga. Dimulai dari Anaximander (Anaximandros) (611 – 547 Sebelum Tarikh Masehi (STM)) sebagai anak didik Thales (640 – 540 STM) di Yunani yang mengajukan pendapatnya tentang asal-usul kehidupan darat. Dalam suatu kurun di masa lampau, bumi ini diselimuti oleh laut. Lambat-laun laut menyusut, maka terbentang beberapa daratan. Hewan-hewan dan tetumbuhan laut yang terjebak di daratan berupaya menyesuaikan diri untuk bertahan hidup di darat. Itulah mulainya kehidupan darat di bumi. Pemikiran ini terus berlanjut merentang waktu sampai ke Aristoteles (384 – 323 STM). Ilmuwan dan sastrawan Irak, Al Jahiz (Abu Amr Usman bin Bahr al-Kinani al- Fuqaimi al-Bashri, 781 – 869 M) melanjutkan pemikiran Aristoteles dengan menulis semacam buku ensklopedia hewan. Beberapa ilmuwan meragukan sebagai karya otentiknya, menuduhnya sebagai plagiasi atas karya Aristoteles. Beberapa ilmuwan membela dan menangkis keraguan itu, bahwa wajarlah apa yang dikerjakannya itu, karena Al Jahiz adalah perilmu yang tekun, yang membaca dan mempelajari karya-karya filsafat dan pemikiran dari para filosof Yunani, termasuk Aristoteles, jadi semacam referensi yang mempengaruhi pemikirannya. Inti pemikiran Al Jahiz menyebutkan bahwa lingkungan itu mempengaruhi kelangsungan hidup organisme, mereka yang mampu bertahan akan meneruskan kemampuan itu kepada generasinya. Berikutnya Ibnu Miskawaih (932 – 1030 M) menyodorkan pemikirannya tentang proses perubahan mineral ke evolusi organisme. Miskawaih menerangkan bahwa mineral-mineral bumi karena panas matahari akan menguap, dan membentuk uap-uap air, lalu terjadilah hujan. Hujan itulah yang menghidupkan mineral-mineral menjadi organisme-organisme.
Pemikiran-pemikiran itu, yang sejauh ini belum diketahui dengan pasti bagaimana bisa sampai ke wilayah ujung barat, berlanjut di Eropa Barat. Pierre Louis Maupertuis (1698 – 1759 M) berpendapat bahwa karakteristik anak dikendalikan oleh asal pertikel orang tuanya. Berikutnya Erasmus Darwin (1731 – 1802 M), kakek sang tokoh evolusi biologis Charles Darwin, menuliskan “The Origin of Society”, yang menjelaskan tahap-tahap kehidupan masyarakat. Berbeda dengan Herbert Spencer, sang tokoh filsafat sosial Skotlandia, Erasmus menjelaskan sampai kepada infrapopulasi. George L de Buffon (1707 – 1788 M) menerangkan bahwa mikrovariasi oleh perubahan lingkungan itu diwariskan. Dari ranah yang sama muncul Jean Baptise de Monet Lamarck (1744 – 1829 M) yang menerangkan evolusi biologi dengan prinsip transmutasi spesies. Pemikiran Lamarck masih relatif diperbincangkan dengan tekun di sebagian Eropa Barat dan Timur.
Pemikiran yang radikal datang dari Inggris dengan banyak bukti yang dibawanya. Charles Robert Darwin (1809 – 1882 M), Alfred Russel Wallace (1823 – 1913 M) dan Augus Weismann (1834 – 1914 M). Di antara mereka, dua yang pertama menjelaskan evolusi biologis seleksi alam, dan yang terakhir menjelaskan evolusi itu sebagai berurusan dengan bagaimana pewarisan gen-gen melalui sel-sel kelamin. Darwin membawa banyak bukti dari perjalanannya dengan kapal HMS Beagle dan kehidupan Kepulauan Galapagos, dan Wallace membawa banyak bukti dari Malaka dan Ternate (Nusantara). Ada perdebatan di antara mereka, namun tetap berkawan. Perdebatan itu tentang salah satu aspek kunci teori mereka, yakni evolusi manusia. Perdebatan itu muncul saat Wallace memberikan ulasan terhadap buku Charles Lyell yang terbit pada 1869, yang menuliskan bahwa otak manusia, termasuk aspek bahasa dan penalarannya tidak dapat dijelaskan melalui seleksi alam. Dia berargumentasi bahwa ciri-ciri itu muncul seturut “a Power which has guided the action of [natural] laws in definite directions and for special ends.”. Darwin menolak tegas, yang kemudian dapat disaksikan bahwa Wallace ketakutan dengan ketegasan ini, bahwa jika teori ini mengecualikan manusia, maka sama saja melemahkan teori yang sudah dibangun susah payah itu yang berlaku untuk semua spesies. Bagi Darwin itu membunuh anak otak (teori seleksi alam) sendiri.
Di antara mereka, dan tentu semua pemikir di atas, Darwin lah yang sampai sekarang mendapat ketokohan evolusi yang luar biasa. Pemikirannya terus didiskusikan sampai sekarang dengan ramai, baik yang sependapat maupun yang menentangnya. Dasar pemikiran Darwin adalah spesies bukanlah sesuatu yang tetap dan statis, melainkan berubah dan dinamis. Bahwa hayat dapat dijelaskan oleh ilmu alamiah, dengan mempelajari bentuk, fungsi dan adaptasinya.
Oleh : Rusyad Adi Suriyanto, M.Hum.