Pagi yang hangat di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) tampak berbeda dari biasanya, sejumlah tamu asing dari berbagai belahan dunia tampak memasuki Museum Bio – Paleoantropologi dengan antusiasme tinggi. Mereka bukan pengunjung biasa, melainkan para delegasi konferensi internasional Union Internationale des Sciences Préhistoriques et Protohistoriques (UISPP) atau International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences yang sedang melangsungkan kegiatan di Indonesia.
Konferensi besar ini bertajuk “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage and Development” dan berlangsung pada 25 Oktober – 4 November 2025, yang diselenggarakan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dan beberapa kegiatan dilaksanakan di Sangiran dan Yogyakarta. Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertemuan ilmiah prestisius ini yang dihadiri ratusan peneliti, arkeolog, antropolog, dan sejarawan dari berbagai negara.
Sebagai bagian dari rangkaian ekskursi ilmiah, Museum Bio – Paleoantropologi UGM menjadi salah satu destinasi utama yang dikunjungi para peserta. Kunjungan berlangsung selama lima hari, mulai 29 Oktober hingga 4 November 2025, dengan rata-rata kunjugan peserta adalah sebanyak 20 hingga 30 peserta setiap harinya. Mereka memiliki ketertarikan mendalam terhadap bidang arkeologi dan sejarah manusia purba.
Suasana museum menjadi hidup ketika para delegasi menyaksikan langsung koleksi fosil hominid asli yang selama ini hanya mereka baca dalam publikasi ilmiah. Museum Bio – Paleoantropologi FK-KMK UGM memamerkan sejumlah fosil penting yang dikenal luas di kalangan ilmuwan dunia, di antaranya:
- Sangiran S27 (Meganthropus paleojavanicus)
- Sangiran S31, S38, (Homo erectus)
- Ngandong 14 (Homo erectus)
- Mojokerto 1 (Homo erectus)
- Sambungmacan 3 (Homo erectus)
Untuk memperkaya pengetahuan bagi para peserta, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) turut berpartisipasi dengan menampilkan koleksi ikonik Liang Bua 1 (Homo floresiensis) atau yang dikenal dengan sebutan “The Hobbit from Flores”, salah satu temuan arkeologi yang menakjubkan di dunia.
Beberapa delegasi menunjukan kekagumannya terhadap koleksi asli fossil Hominid dan Museum Bio – paleonatropologi secara umum.
“Saya sangat menyukai cara museum ini menampilkan artefak dan bagaimana teknologi digunakan untuk menyampaikan pesan ilmiah kepada pengunjung. Luar biasa!” ujar Chaamindri Fernando dari University of Ruhuna, Sri Lanka.
Sementara Erick, delegasi dari Italia, menambahkan, “Museum ini sangat indah. Saya kagum melihat pameran paleoantropologi dan kesempatan melihat fosil manusia asli secara langsung.”
Tak hanya berkeliling ruang pamer, para peserta juga diajak menjelajahi ruang biorepositori, tempat penyimpanan fosil dan koleksi riset museum. Di sana, mereka melihat bagaimana peneliti FK-KMK UGM menjaga dan mengelola temuan-temuan ilmiah yang bernilai tinggi secara profesional.
Bagi Museum Bio – Paleoantropologi UGM, kehadiran delegasi UISPP menjadi sebuah kehormatan besar. Kunjungan ini menegaskan posisi museum bukan hanya sebagai tempat penyimpanan artefak sejarah, tetapi juga ruang pembelajaran yang hidup, tetapi juga ruang pembelajaran hidup, tempat masa lalu, ilmu pengetahuan, dan masa depan bertemu.
Kegiatan ini juga menjadi wujud nyata komitmen museum dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama: SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Kunjungan tokoh internasional dalam bidang arkeologi, sejarah, antropologi ataupun berbagai kalangan yang menaruh perhatian pada perkembangan sejarah dunia ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Museum Bio – Paleoantropologi FK-KMK UGM. Kehadiran ilmuwan dari belahan dunia ini menegaskan bahwa museum ini bukan sekadar tempat penyimpanan artefak, tetapi juga ruang pembelajaran yang hidup, tempat di mana masa lalu dan masa kini bertemu dalam rangkaian keilmuan.
Bagi Indonesia, kehadiran mereka adalah pengakuan atas kekayaan ilmiah dan arkeologis negeri ini, sekaligus pengingat bahwa dari tanah Nusantara, jejak peradaban manusia pernah dimulai dan terus hidup melalui penelitian serta pendidikan.
Penulis: Ilham Novitasari
Editor: Janatin Hastuti
