
Museum Bio-Paleoantropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mendapatkan kehormatan atas kunjungan tokoh internasional. Pada Selasa, 13 Agustus 2025, empat tokoh kelas dunia di bidang onkologi/kanker dari International Cancer Foundation (ICF) menyempatkan diri mengunjungi museum ini di sela agenda padat mereka di Yogyakarta.
Kehadiran para pakar kanker tersebut bukan tanpa alasan. Mereka berada di Indonesia untuk menghadiri kegiatan International Cancer Foundation (ICF) Mission: “Empowering Multidisciplinary Strategies in Colorectal Cancer Control and Care Delivery” adalah sebuah forum strategis yang digelar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM bersama RSUP Dr. Sardjito. Acara yang dikomandani dr. Susanna Hilda Hutajulu, PhD, Sp.PD, K-H.Onk.M. dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam ini menjadi wadah penguatan tata laksana kanker kolorektal di Indonesia.
Sebagai organisasi nirlaba berbasis di Lugano, Swiss, ICF memiliki misi besar: menjembatani kesenjangan global dalam perawatan kanker. Dewan Direksinya diisi para onkolog terkemuka dunia dengan pengalaman klinis puluhan tahun dan penelitian terobosan yang telah mengubah lanskap perawatan kanker global.
Empat tokoh yang hadir di Yogyakarta kali ini adalah:
- Rolf A. Stahel – Wakil Presiden ICF, Chief Physician dan Direktur di Lung and Thoracic Oncology Center, University Hospital Zurich, sekaligus peraih ESMO Lifetime Achievement Award 2025.
- Eric Van Cutsem – Guru Besar Penyakit Dalam, Kepala Divisi Oncology Gastrointestinal KU Leuven, Belgia, serta pakar kanker gastrointestinal berkelas dunia.
- Affy Degbe – Direktur Eksekutif ICF, dengan pengalaman luas dalam manajemen kesehatan dan kemanusiaan di tingkat internasional.
- Philippe Kenel – Anggota Dewan Direksi ICF, pengacara senior spesialis perencanaan pajak, warisan, dan pengelolaan kekayaan.
Di tengah agenda ilmiah yang padat, keempat tokoh ini diajak menapaki lorong waktu di Museum Bio-Paleoantropologi FK-KMK UGM. Mereka terlihat antusias menyimak penjelasan Ashwin Prayudi dari pihak museum tentang perjalanan evolusi manusia, mulai dari era prasejarah, proses adaptasi, hingga perkembangan peradaban modern. Kekaguman terpancar dari raut wajah para tamu saat melihat koleksi dan narasi ilmiah yang tersaji di museum.
Sejak renovasi beberapa waktu lalu, Museum Bio-Paleoantropologi UGM semakin ramai dikunjungi, tak terkecuali oleh akademisi dan tokoh dunia yang datang ke Yogyakarta untuk kegiatan ilmiah, akademik, penelitian maupun kerjasama lainnya. Kunjungan seperti ini tak hanya memperkuat citra museum sebagai pusat edukasi dan riset, tetapi juga membuka peluang jejaring internasional yang lebih luas.
Upaya mengenalkan museum kepada publik ini sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), antara lain SDGs 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDGs 4 (Pendidikan Berkualitas), SDGs 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
Dengan semakin seringnya kunjungan tokoh akademik dunia, Museum Bio-Paleoantropologi UGM diharapkan kian mendunia. Keberadannya dapat kontribusi ilmu pengetahuan lintas disiplin dapat terus mengalir untuk kemajuan umat manusia.
LBP, 15 Agustus 2025
Penulis: Ilham Novitasari
Editor: Janatin Hastuti