Catatan untuk memperingati Hari Purbakala 14 Juni 2025: Paradoks Fosil Manusia Purba dan Pandangan Prof. T. Jacob

Sayang sekali bahwa temuan-temuan fosil manusia purba seringkali memunculkan paradoks; yakni negara-negara yang kaya situs dan fosil manusia purba seringkali adalah negara-negara yang miskin sumber daya ilmuwan, metode dan teknik penunjang penelitian lapangan dan laboratoriumnya, sebaliknya negara-negara yang kaya sumber daya ilmuwan, metode dan teknologi penunjang penelitian lapangan dan laboratorium umumnya adalah negara-negara yang miskin situs dan fosil manusia purba. Teman dari USA Tattersall & Schwartz (2002) telah mengingatkan kepada para penemu atau peneliti awal yang umumnya dari negaranegara pertama disebut itu bahwa setelah pendeskripsian dan nama spesies temuantemuannya telah dipublikasikan, adalah penting bahwa fosil-fosil asli yang bersangkutan akan tersedia bagi komunitas ilmiah untuk dapat mengaksesnya dan melakukan diagnosis komparatif dengan temuan fosil-fosil lainnya. Dengan berpijak pada argumentasi hakikat ilmu pengetahuan dan penyebaran informasi ilmiah, maka nasehat itu tentu dapat menghadirkan kemanfaatan yang besar khususnya bagi negera-negara yang kedua tersebut, walaupun mereka selalu berlindung di balik dinding tebal demi penyebarluasan ilmu pengetahuan dan pemahaman peradaban manusia. Bagaimana dengan negara-negara yang pertama tersebut? Di sini harus ada kejujuran dan kearifan untuk negara-negara yang kedua itu agar ikut memberikan perhatian yang serius demi keadilan akses dan informasi ilmiah, misalkan dengan mengusahakan beberapa spesimen replika resmi dari berbagai situs di luar negaranya, memberikan pelatihan kepada para teknisinya, membantu mengupayakan dan pengembangan beberapa peralatan laboratorium dan lapangan, mengupayakan terus-menerus soft ware untuk 3D virtual reconstruction, mengundang para ilmuwannya untuk mengunjungi beberapa institusinya untuk melihat, membandingkan dan mempelajarinya, ikut mensponsori kegiatan ilmiah secara berkala atas temuan-temuannya di negeri tempat ditemukannya, membantu mengusahakan beberapa jurnal dan buku secara rutin, membantu konservasi koleksi-koleksi museumnya, dan seterusnya. Jangan sampai terjadi seperti pepatah: “habis manis, sepah dibuang”. read more